Zodiaca In Love?
Lingkaran
khayal di cakrawala yang tak sepenuhnya ku percayai dan tak inginku terhanyut
dengan segala buaian kalimat setiap detiknya. Sesuatu yang tidak disukai atau
di benci terkadang menuntun untuk selalu mencarinya. Namun ketika ku
menemukannya,hal itu semacam aksesibilitas suatu perasaan antar manusia.
Namaku Aliya Agustin,
aku lahir di bulan Agustus. Tepatnya aku harus berada pada lingkaran khayal cakrawala
dalam perbintangan Leo,well, “Leo is.. you were born under the sign of the
lion!”. Aku tidak begitu tertarik dengan segala aspek bintangku. Tapi entah
kenapa aku sering mencarinya, di koran, media sosial, baik
twitter,line,instagram, niatku sekedar penasaran dengan kondisi bintangku. Apa
benar adanya besok kesehatanku seperti itu, apa benar bahwa keuanganku akan
begitu, dan seperti apakah asmaraku. Terkadang aku menertawainya, tapi jika membahas
bersama teman-teman rasanya lebih menarik jika dibacakan zodiak masing-masing.
Menurutku dengan begitu kita dapat saling mengerti sifat-sifat terdalam diri kita,
jadi kita tahu jika memang ada yang sesuai dengan kenyataannya. Tapi aku hanya
mengambil hal-hal positifnya saja tidak menekankan terlalu dalam untuk hidupku.
Ternyata ada juga orang
yang lumayan fanatik dengan perbintangan itu namun memiliki keteguhan Agama
yang kuat. Awalnya aku dan dia bertemu di aplikasi yang bernama Skout, jadi
kita bisa chat dengan orang-orang diseluruh dunia. Lalu kita mengobrol satu
sama lain, kesalnya aku selalu lebih agresif menanyakan suatu hal untuk
diperbincangkan. Mulai dari cuaca, hobby dan beberapa pertanyaan yang tidak
penting untuk aku bincangkan dengannya, tapi dia hanya membalikkan
pertanyaanku. Setelah aku bertanya-tanya tentang asalnya, dia seorang lelaki
berasal dari Pakistan, namanya Kamran.
Aku semakin penasaran
dengannya jadi supaya bisa mengobrol lebih lama, aku meminta media sosialnya
yang lain. Aku sih lagi aktif-aktifnya buka instagram, eh.. IG nya dia sudah
gak di pakai, terus aku minta id linenya. Id linenya pun mengenakan unsur Leo,
aku baru sadar bahwa di skout tadi, dia juga tidak mengenakan nama aslinya,
namun menggunakan nama berunsur Leo. Aku kira nama aslinya memang Leo, ternyata
itu nama yang cukup ia kagumi. Ketika chat di line, aku menanyakan tanggal
lahirnya, ia pun menjawab ‘31 Juli’. Pantas saja dia suka dengan nama Leo,karena
pada bulan itu kan zodiaknya Leo berarti dia sama denganku, Kita sama-sama
berbintang Leo.
Aku sih lagi menekuni
belajar bahasa inggris, jujur saja aku tidak cukup baik dalam berbahasa inggris
apalagi dengan grammar, jadi maaf kalau bahasa inggrisku kurang baik. Ketika
aku bertanya tanggal lahirnya
“when the date of your
birth?”
“31 july, your?”
“8 august we are a Leo?
Haha”
“yes Leo”, dengan
sticker tangan cowok dan cewek yang saling menepuk tangan.
Dari persamaan sekecil
itu pun kita jadi semakin sering chat satu sama lain. Kesamaan yang lainnya
ialah agama,kita sama-sama beragama islam jadi kita sering mengucapkan salam
ketika mengawali chat. Dia sering menanyai bagaimana keadaanku dengan sticker
yang lucu di chat line. Menanyakan kabar, mungkin itu hal yang umum, entah aku
lebih senang jika dia yang menanyakannya secara sering dan selalu. Walaupun usiaku
dan dia terpaut cukup jauh, kita berbeda 8 tahun. Umurku 17 tahun dan dia 25
tahun, mungkin dia menganggapku sebagai adik, sekedar anak kecilkah. Dia selalu
memberi nasihat yang baik, dia juga memberiku kata dan kalimat yang bersifat
positif.
Contohnya saja ketika
aku akan menjalani ujian nasional 2015. Saat itu aku menulis describe moment
tentang ‘national exam’ di Line. Lalu dia private chat
“hows your national
exam goes?”
“not bad haha. Everyone
would be stress with it. Lol”
“my prayers you will
passed with good marks”
Lalu aku mengucapkan
‘terimakasih’ dengan sticker dan berbicara tentang hal lain.
Dia seorang mahasiswa
di university of central Punjab di jurusan engineering. Aku cukup kagum
dengannya, bagian yang aku suka ialah ketika aku berbicara blak-blakkan dan
mengetahui responnya yang lucu.
...................
“why are u laughing?
Iam weird?”
“noooo”
“you’re lazy reply to
chat? So u just write ‘haha’. Lol”
“i didn’t know what i
answer”
Lalu aku mengakhiri
kecanggungannya dengan mengucapkan ‘good night, have a nice day’
Namun ia
mempersingkatnya dengan balasan
“you too”
Aku mulai geram dengan
sikapnya yang terlalu cuek. Tak lama kemudian dia mengirim chat lagi
“have a nice day, good
night, sweet dreams”
Akhirnya aku sedikit
lega dan bisa tersenyum sumringah lagi.
Lalu ada lagi hal yang
membuatku semakin sumringah, ketika aku menanyakan tentang jadwal kuliahnya
dia. Tujuanku supaya aku tidak mengganggunya ketika ia sedang sibuk belajar.
“usually you go to
college at what time?”
“8 or 11 am”
“until at..?”
“different timing
2:30,4,5 and 6 pm”
“oh okai. Because i
won’t disturbing you when you’re active study.. ok!”
Lalu ia membalas dengan
kalimat yang menurutku bisa meluluhkan segala perasaan gadis.
“you can send me
message any time, you can disturb me anytime, no problem”
Awwww.. my stomach full
of butterflies. Bahkan ketika aku menyatakan kerendahan diriku. Entah kenapa
aku percaya jika bicara jujur dengannya, padahal kita tidak cukup lama kenal
bahkan long distance. Awalnya aku hanya penasaran dengan tinggi badannya apakah
semacam orang India atau Arab, aku pun menanyakannya
“how tall are u?”
“5,10 or 5,11 feet”
Jujur saja,aku sama
sekali tidak mengerti perhitungan kaki. Ketika aku menanyakan padanya dalam
centimeter, ia pun juga tidak tahu. Tak lama kemudian ia memberitahuku dalam
centimeter, dia cukup dewasa. Nah, shocknya ketika ia menanyakan pertanyaanku kembali..
“how about u?”
“iam 155 cm tall. I am
aware that i am a short girl”
“noo, you are growing,
you height will rise”
“hope so. I tried to
keep height”
“do exercise”
“alright, thankyou
Kaamraann” (dengan sticker lucu)
“welcome, iam 177 cm”
(dengan sticker lucu).
Waktu demi waktu
berlalu. Jadi cewek sesulit inikah? Tanpa aku sadari yang aku lakukan, ternyata
aku selalu meminta perhatian lebih darinya, memintanya untuk lebih mengerti
diriku, dan aku ingin dia menganggapku lebih dari gadis yang lain. Kamran
menanyakan keadaanku juga dengan sticker brown yang bertuliskan ‘Alhamdulillah’
“how are you?”
“fine. And u?”
“(sticker brown
‘Alhamdulillah)”
Lalu dia mengirim chat
lagi
“fine”
Aku rasa dia mengirim
sticker itu karena dia senang dengan keadaanku disini yang baik-baik saja. Aku
pun mencoba mengetesnya, apakah itu stiker benar-benar untukku.. . caraku
mengetesnya yakni dengan berpura-pura tidak tahu arti suatu hal yang telah ia
berikan.
“you send a sticker
‘Alhamdulillah’ because?”
“because i’m good. By
grace of Allah”
Ouuchh! It hurts.
Ternyata lelaki itu masih kurang peka dengan adanya gadis sepertiku ini. Aku
seorang gadis yang ingin diperlakukan dengan baik oleh laki-laki. Sifat anak
remaja yang labil ya seperti inilah aku. Makadari itu aku sadar kalau aku
sekedar suatu hal yang kecil untuknya. Satu hal lagi yang akan mengusik sifat
burukku untuk menjadi baik di kedepannya. Jujur saya, sejak awal SMA hingga kini
aku selalu menyukai seorang pria yang suka dengan gadis berkerudung. Aku pun
menanyakan hal penting itu..
“do you like a girl
with veil, right?”
“yes. Why you asked?”
“great answer. I always
liking someone who liking a veil girl. So i will try to comfort with it. Hahaa”
“really i didn’t know
whenever i see girl in veil i think she is so beautiful”
Aww, terbayang rasanya
jika aku berada dekat di suatu tempat dengannya, dan ketika itu aku mengenakan
kerudung, sedang berjalan melintas di hadapannya. Lalu ia melihatku sungguh ia
melihatku dan sungguh aku mengetahui isi hatinya bahwa dia berpikir aku ini
cantik.. ya.. aku ini sungguh cantik.. .
Tapi aku sadar
khayalanku semakin mengada-ada, bahkan aku tidak bisa membedakan mana yang
ketentuan dan kebetulan. Ketentuan yakni takdir bahwa kita dari 2 negara yang
berbeda dipertemukan di media sosial dengan agama kita yang sama oleh Tuhan,
kebetulan karena kita memiliki zodiak atau bintang yang sama.
Hai kamu yang berada
jauh disana.. lihatlah ke langit, karena kita sedang melihat bintang yang sama.
Aku harap suatu hari nanti ketentuan itu mempertemukan kita di suatu tempat
yang indah, doa ku kita bisa dipertemukan di Makkah, Hope so. Aku ingin selalu
mengatakan ‘i miss you..’ tapi seseorang pernah mengatakanku
“jika kamu merindukan
seseorang berarti kamu harus bertemu langsung dengannya”
Menurutku rindu itu
tidak harus bertemu, asalkan melihatnya baik-baik saja dari jauh pasti sudah
ada rasa kelegaan dalam hati. Mungkin kita akan jarang mengobrol lagi walaupun
hanya melalui chat karena kesibukan kita masing-masing. Sudahlah.. i miss you.